Jumat, 16 Maret 2012

Persiapan Melasti PHDI Bontang

OM Swasti Astu

Bagi Rekan-rekan yang akan mengikuti Melasti di Tanjung Limau, diharapkan berkumpul pukul : 15.30 wita di Pura Buana Agung Bontang, karena Ida Batara akan di usung ke Laut Tanjung Limau pukul : 16.00 wita tepat.
Dimohon untuk datang tepat waktu.

Om Santi, Santi, Santi Om

Sabtu, 16 Juli 2011

VacanaDharma dari Facebook

Oleh; Romo Poniman
Di Berikan Kepada Umat Sedharma dalam Memberikan Vacanadharma pada Hari Kuningan

Om apsudewa pawitrani, ganga dewi namo stute
Sarwa klesa winasanam, toyenam parisuddhyate         
Sarwa papa winasini, sarwa roga wimocane
Sarwa klesa winasanam, sarwa bhoga awapnuyat
Om sri sa pa hut kare, roga dosa winasanam
Siva logam ma ha yas te, mantre manah papa ke lah.
Sindyan trisandhya sapala, sakala mala malahar,
Siwamrta mangalan sa, nandinimdam namah Siwaya

Om dewa air/Gangga pemberi kesucian, sujud pada-Mu, engkau pembasmi segala kekotoran, dengan air sucimu engkau meyucikan-Nya.
Engkaulah yang menghancurkan semua kejahatan dan yang membebaskan dari semua penderitaan serta menghancurkan semua kotoran, karenamulah memperoleh semua yang perlu dinikmati
Om, engkaulah yang menjadikan semua perbuatan benar, menghancurkan semua dosa dan penderitaan, engkau yang dipuja dengan kebesaran di dunia Siva, engkau yang mejiwai mantra, kekuatan-Mu yang luar biasa baik subuh, siang dan senja hari
Engkaulah Amrtanya Siva, tanda kebajikan, engkau adalah sungai yang memberi segala permohonan, semua sujud pada-Mu ya Siwa.

Om Swastyastu,
Kepada yang telah suci para Pemangku dan Pinandhita yang senantyasa berbahagia,
Salam hormat kepada para sesepuh dan pinisepuh agama di wewengkon desa…..,
Kepada Bapak, Ibu, Saudara, Saudari serta adek-adek yang kami mulyakan,
 salam mesra dengan penuh kasih dan sayang dalam lingkaran Dharma

Pada kesempatan yang berbahagia ini tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada panitia pelaksanaan perayaan hari raya Kuningan  ….. yang telah memberikan waktu dan tempat guna menyampaikan siraman rohani kepada umat sedharma yang berbahagia

Vaksayaka vadanannispati
Yairahatah socati ratryahani
Parasya va marmasu te patanti
Tasmaddhiro navasjret paresu
                               Sarasamuscaya. 120

Terjemahan;
Perkataan yang bermaksud jahat tidak beda dengan anak panah, yang dilepaskan, setiap yang ditembusnya merasa sakit, perkataan itu meresap ke dalam hati, sehingga menyebabkan tidak bisa makan dan tidur pada siang dan malam hari, oleh sebab itu tidak diucapkan perkataan itu oleh orang yang budiman dan wiraperkasa pun oleh orang yang tetap suci hatinya.

Na tahyavacanam satyam
Natahyavacana marsa
Yad bhutahitamatyartham
Tat satyamitaramrsa
                                                    Sarasamuscaya.. 134

Terjemahan;
Pada hakikatnya bukan perkataan yang tidak benar itu bohong namanya, dan bukan perkataan yang benar itu disebut kebenaran, melainkan sesungguhnya, biarpun bohong kata-kata itu selalu menimbulkan kebaikan saja, membuat akibat yang menyenangkan kepada semua mahkluk hidup, itulah disebut kebenaran; meskipun sesuai dengan apa yang terjadi jika tidak mendatangkan akibat yang menyenangkan kepada semua mahkluk hidup, dusta disebut itu.

Dharma macarato vrttiryadi
Nopagamisyati, na nama
Kin silonchambu
Sakadyapi vipatsyate
                                                Sarasamuscaya.  51

Terjemahan;
Orang yang tekun melaksanakan Dharma, tidak  akan kesulitan mendapatkan penghidupan, mustahilah tidak memperoleh makanan, sayur-sayuran dan air, segala sesuatunya itu mudah diperolehnya, yang seakan-akan menawarkan diri untuk menjadi santapan beliau


Love is indeed a most powerful force. It can take us to great beights as and love us light and airly. Yet it has been the most abused and misused force. Many degraded things pass for love. Diantara semua kekuatan spiritual, cinta kasih adalah kekuatan yang paling agung. Cinta kasih yang agung ini bisa membawa kita terbang tinggi, menyentuh langit, menjadi ringan dan bebas. Tetapi cinta kasih disalah tafsirkan, ia menjadi kuasa yang jelek dan disalahgunakan. Banyak peristiwa terkutuk atas nama cinta kasih.

Pendahuluan;

Umat Hindu sedharma yang saya kasihi,
Perayan agama demi perayaan selalu kita ikuti dan dirayakan dengan seksama oleh umat Hindu sedharma dalam keadaan yang serba meriah namu tetap penuh kesederhanaan, akan tetapi semakin tinggi tingkat pemahaman keagamaan maka semakin tinggi pula tingkat kreatifitas didalam merangkai dan menghias perayaan agama dengan berbagai hiasan yang penuh symbol. Perayaan agama yang semakin hari semakin semarak jika tidak diimbangangi akan hakikat dan pendalaman makna, maka akan semakin terkaburkan atas tujuan suatu hari raya agama itu diadakan. Hari-hari suci keagamaan yang senantyasa dirayakan sudah tentu mengandung makna dan tujuan yang terkandung didalamnya, sehingga tujuan diciptakannya suatu ajaran kesucian yang tertuang dalam kitab suci akan dapat terrealisasi didalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan berkeluarga bahkan dalam diri sendiri akan tercipta suatu keadaan yang sangat berbahagia, namun jika makna yang terkandung didalam perayaan keagamaan tidak dipahami, maka hari yang seharusnya disucikan akan menjadi momok yang menakutkan jika hari suci itu datang menghadang dan bahkan akan lari atau berpaling serta mengacuhkannya sehingga terasa tiada bedanya hari raya dengan hari-hari biasa. Pemahaman akan arti penting  suatu hari suci keagamaan yang kurang berdampak sangat negative didalam menjalankan kehidupan keagamaan itu sendiri sehingga tak ayal suatu hari suci akan menjadi perdebatan bahkan kalau bisa dimusnahkan karena dirasakan menjadi beban didalam menjalankan kehidupan ini, akan tetapi bagi yang memahami arti penting perayaan hari-hari suci bisa memetik hikmah sehingga menimbulkan suatu kebahagiaan yang tidak bisa dinilai oleh apapun. Seperti halnya pada topic pembicaraan kali ini dalam rangka perayaan Galungan Kuningan serta Hubungannya dengan peningkatan Kesadaran Spiritual yang sudah tentu sangat membutuhkan pemikiran yang mendalam bagi yang belum memahaminya, akan tetapi setelah mendengarkan serta memahami topic permasalahan ini diharapkan umat Hindu Sedharma mendapatkan sesuatu pencerahan didalam menjalankan kehidupan keagamaan. Untuk memahami topik ini para umat sedharma diharapkan mempelajarinya dari tahap demit aha dengan seksama sehingga diperoleh kejelasan secara mendalam.

Perlu diketahui bahwa pelaksanaan Hari raya Kuningan dimulai dari redite Wage” ialah hari angulihaken prikramaning pratekaning Kuningan”, dengan filsafatnya; mengenang jasa-jasa leluhur kita yang telah mendahului kita, etikanya; melanjutkan langkah-langkah perjuangan yang baik, tetapi langkah-langkahnya yang buruk kita buang, jangan ditiru, upacaranya; canang seadanya sesuai kemampuan. Pada Sukra Wage Kuningan ialah hari untuk mempersiapkan upakara Kuningan yang disebut dengan ‘Penampahan Kuningan’. Tepat pada Tumpek Kuningan/ Saniscara Kliwon Kuningan atau “hari Raya Kuningan” hari turunnya Dewa-dewi, Bhatara-bhatari diiringi oleh para Pitara /leluhur sampai tengah hari (jam 12.00 siang) sesuai dengan Sugi Manik Jawa atau Sugihan Jawa. Filosofisnya; dari Tumpek Kuningan adalah untuk nyapuhing malaning idep (membersihkan cara berpikir yang kotor), dengan cara konsentrasi, meditasi, demi kepentingan kesejahteraan umat. Tatasusilanya; melakukan pemujaan atau persembahyangan jangan sampai lewat jam 12.00 siang. Upacaranya; ring natar rumah segeh agung, terhadap manusianya ngayab sesayut prayascitta luwih, sesayut segahan Kuning, iwak itik putih dan penyeneng.
Redite Wage Kuningan, Ulihan atau oleh-oleh (untuk) kembalinya Dewa dan Pitara dengan disuguhkan oleh-oleh beruparempah-rempah, beras dsbnya sampai pada sukra Wage Kuningan (penampahan Kuningan), persiapan untuk menghadapi Kuningan dengan melenyapkan kotoran pikiran. Pada saniscara Kliwon memasang tamiang sebagai symbol kemenangan Dharma melawan adharma dan menghaturkan nasi Kuning sebagai symbol Bhakti lawan asih.

Tattwa mengenai Hari Raya Kuningan;
 Sumber ajaranya terdapat dalam lontar dan prasasti;
Lontar Siwa Tattwa Purana” menyebutkan bahwa pada hari Wage wuku Kuningan hendaknya membuat banten sambutan selanjutnya pada hari Senin Kliwon disebut sebagai hari Pemacekan Agung yaitu pertemuan antara Sanghyang Siwa dengan Sanghyang Giriputri. Pada hari sabtu Kuningan turunlah Bhatari Uma/Durga mencari saniscara dan Bhatara Siwa menjadi Kliwon. Pada hari saniscara Kliwon hendaknya umat membuat nasi Kuning untuk dihaturkan bagi leluhurnya dan dilarang melakukan upacara manusia yadnya ( karena Bhatara Siwa sedang Berkasih asmara dengan dewi Uma dan disaat itu dewi Uma sedang menjaga ketiga Dunia? Sehingga umat dimohon untuk melakukan pemujaan agar mendapatkan anugerah kesejahteraan/tidak boleh memada-madai dewa/ngembari yang sedang melakukan penciptaan kebahagiaan dan jika umat melakukan upacara manusia yadnya dikhawatirkan terkena kutukan Bhatara sehingga tidak mendapatkan kerahayuan tetapi petaka yang dirasakan-hal ini berlaku juga bagi setiap pelaksanaan hari-hari raya Hindu yang lain agar jangan melaksanakan upacara manusia yadnya yang bertepatan dengan hari raya Hindu akan buruk jadinya).

Nilai Moral Pelaksanaan Hari Raya Kuningan

Hari raya Kuningan tidak terlepas dengan hari raya Galungan yang jatuh tepat pada Buddha Kliwon Wuku Dunggulan karena keduanya merupakan satu paket. Sedangkan runtutan  pelaksanaan Hari Raya Galungan dan Kuningan sebenarnya dimulai semenjak Tumpek Wariga yang jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga dan berakhir pada Buddha Kliwon Wuku Pahang. Nilai moral yang bisa dipetik pada pelaksanaan hari raya Galungan adalah untuk mengingatkan mereka agar bisa hidup bahagia dan sejahtera. Mengapa diingatkan/ karena sebenarnya manusia itu sering lupa sehingga dengan jatuhnya perayaan Galungan akan teringatkan atas segala yang pernah dilakukan sebelumnya, dengan demikian akan menjadi bahan evaluasi pada tahapan kehidupan selanjutnya karena sesungguhnya tidak ada suatu keadaan itu yang langgeng. Jika keadaan sebelumnya kehidupan kita kacau maka dengan datangnya perayaan Galungan semoga mendapatkan inspirasi atas instropeksi diri kepada kehidupan yang lebih sempurna.

Saudara umat Hindu sedharma yang berbahagia,
Yang perlu diingtakan pada hari raya Galungan adalah untuk terus menerus berjuang untuk memenangkan nilai moral (Dharma) dalam kehidupan ini, karena jika nilai moral Dharma tidak tegak maka Adharma akan menguasai hidup ini sehingga derita sengsaralah kita karena tiada tertatanya tatanan kehidupan yang harmonis. Oleh karena itu untuk memperoleh keadaan itu, maka tahapan-tahapan sebelum Galungan perlu dilaksanakan seperti saat Tumpek Wariga memberikan penghormatan pada Tumbuh-tumbuhan agar lestari dan dapat dimanfaatkan pada saat upacara Galungan. Sugihan Jawa yaitu agar senantiasa membersihkan segala keperluan lahir seperti membersihkan Pura, Merajan, Sanggah maupun menjaga keselamatan diri menghadapi Galungan dan pada Sugihan Bali agar senantiyasa menjaga kesucian batin yaitu menyiapkan mental spiritual guna menghadapi sang Kala Tiga Galungan dan pada Redite Paing melakukan Brata dengan pengekeban atau pengekangan hawa nafsu guna menahan diri terhadap segala Emosi yang akan muncul atau selalu menjaga ketenangan diri sedangkan pada Soma Pon melakukan penyajaan atau melakukan brata sungguh-sungguh dan sebagainnya dengan tetap menahan nafsu lalu diteruskan pada Anggara Wage dengan penampahan melawan puncaknya Godaan Sang Kala Tiga yang disimbolkan dengan melakukan pemotongan hewan yang disimbolkan pada hewan babi yaitu symbol kemalasan atau sifat-sifat Tamas yang sangat merugikan dan memotong ayam sebagai symbol sifat Rajas yang sangat menganggu dalam kehidupan jika tidak dikendalikan sehingga disaat Buddha Kliwon benar-benar merupakan suatu hari yang sangat istimewa karena sudah mampu melalui tahapan-tahapan Galungan yang selanjutnya dirayakan sebagai hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Bagaimana bagi mereka yang tidak dapat melakukan tahapan-tahapan Galungan? Maka mereka tidak akan merasakan bahagia disaat hari raya, tetapi terasa hambar dan biasa-biasa saja sehingga tidak akan mengalami perobahan kehidupan yang berarti setelah perayaan Galungan dilalui.

Dasar-dasar Pelaksanaan Hari Raya Galungan dan Kuningan

Kamatmanah svarga-para
Janma-karma-phala-pradam
Kriya-visesa-bahulam
Bhogaisvarya-gatim prati
                            Bhagavadgita. II-43

        Terjemahan;
Mereka yang pikirannya penuh dengan keinginan akan kesenangan, dengan sorga sebagai tujuan, inkarnasi sebagai karma phalanya; melakukan upacara-upacara yang beraneka ragam dan banyak itu, dapat menghantar kearah kebahagiaan dan kekuasaan.

Saha-yajnah prajah srstva
Purovaca prajapatih
Anena prasavisyadhvam
Esa vo’stv ista-kama-dhuk
                          Bhagavadgita. III-10

Terjemahan;
Sesungguhnya sejak dahulu telah dikatakan, Tuhan/Prajapati telah menciptakan manusia melalui yajna dan berkata anena prasavisyadhvam/ dengan ini engkau mengembang sebagai sapi kamadhuk yang memenuhi keinginannmu.

Istan bhogan hi vo deva
Dasyante yajna-bhavitah
Tair dattan apradayaibhyo
Yo bhunkte stena eva sah
                                                 Bhagavadgita. III-12


Terjemahan;
Sesungguhnya keinginan untuk mendapatkan kesenangan telah diberikan kepadamu oleh para dewa karena yajnamu, sedangkan ia yang telah memperoleh kesenangan tanpa memberi yajna sesungguhnya adalah pencuri.

Dasar pelaksanaan Galungan dan Kuningan adalah Catur Dresta; 1) Purwa Dresta/Kuno Dresta yaitu Dresta-dresta atau aturan yang sudah berlaku lama atau kebiasaan lama bagi masyarakat Bali dan jawa yang sering memakai perhitungan Wariga, Pawukon, Sasih, Penanggal Purnama dan Tilem. 2) Loka Dresta yaitu kebiasaan yang bersifat Lokal yang berlaku disuatu tempat saja. 3) Desa Drestha adalah kebiasaan yang berlaku disuatu daerah saja atau Desa. 4) Sastra Dresta yaitu kebiasaan yang berlaku berdasarkan sastra, baik itu Lontar (Sundarigama dalam penjelasan tentang Galungan), Purana maupun Itihasa yang kesemuanya tidak bertentangan dengan Weda dan Tujuan Agama itu sendiri.

Sastra
Lontar Sundarigama menyebutkan bahwa pada Buddha Kliwon Dunggulan adalah hari untuk memusatkan pikiran terang dan suci disertai dengan menghaturkan persembahan kepada para dewa seperti kutipan berikut ini; Buddha Kliwon Dunggulan ngaran patitis ikang jnana galang apadang, haturaken widhi widhana nia ring sarwa dewa) cirikhas upacaranya adalah membuat tumpeng/selamatan kenduri dan kalu di Bali membuat tumpeng payas, wangi-wangi, sesucen munggah ring Sanggar, tumpeng pengambean, jerimpen, pajegan, sodan dan sebagainya seperti iwak serta daging babi. Sedangkan pada hari Raya Kuningan dengan membuat tumpeng Kuning atau nasi kuning serta lauk pauknya.


Hubungan Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan dengan Peningkatan Kesadaran Spiritual

Seperti diuraikan diatas tentang hari raya Galungan dan Kuningan yang memiliki berbagai Tahapan-tahapan dengan maksud dan tujuannya, maka bagaimana kaitannya suatu pelaksanaan hari raya dengan peningkatan kesadaran spiritual? Untuk menjawab pertanyaan itu perlu dipahami satu persatu sehingga akan didapatkan jawaban yang seoptimal mungkin bisa dipahami oleh umat.
Peningkatan yaitu suatu keadaan yang lebih tinggi atau berbeda dari keadaan sebelumnya. Apa yang lebih tinggi yaitu pemahaman tentang hakikat hidup dikaitkan dengan pelaksanaan serta arti dan fungsi suatu upacara keagamaan dalam hal ini adalah Galungan dan Kuningan yang bermakna memberikan pencerahan pikiran yaitu galang apadang atau terang benderang karena pengaruh Sangkala Tiga sudah dapat dihindari. Kesadaran adalah suatu bentuk kata yang lebih aktiv dari kata pasif yaitu Sadar. Kesadaran berarti peningkatan dari keadaan sadar bahwa setiap manusia yang sehat sudah tentu akan ada suatu keadaan sadar atau tahu, ingat dan melihat serta seluruh indranya bisa berfungsi akan tetapi belum bisa dikatakan memiliki kesadaran jika manusia itu tidak memiliki perilaku yang berbuddhi luhur. Untuk memiliki perilaku inilah diciptakan suatu ajaran keagamaan agar manusia menjadi manusia yang manusiawi karena telah memiliki kesadaran tentang hakikat hidup dan tujuan hidup sesungguhnya. Spiritual adalah kesadaran Jiwa yang tinggi sehingga siapa saja yang memiliki kesadaran spiritual dia akan menjadi manusia utama diantara manusia yang lain.
Manfaat memiliki kesadaran spiritual yaitu agar tercapailah suatu keadaan hidup yang abadi seperti tujuan Agama Hindu ialah mencapai keadaan Brahma Nirwana. Bagaimana agar Brahma-Nirwana tercapai?
Vihaya Kaman yah sarvan
Pumams carati nihsprhah
Nirmamo     nirahankarah
Sa santim    adhigacchatti

Vihaya-meninggalkan; Kaman-keinginan duniawi untuk kepuasan indria-indria; yah-siapa; sarvan-semua; puman-seseorang; carati-hidup; nihsprhah-bebas dari keinginan; nirmamah-bebas dari rasa memiliki sesuatu; nirahankarah-bebas dari keakuan palsu; sah-dia; santim-kedamaian yang sempurna; adhigacchatti-mencapai.
Terjemahan;
Hanya orang yang sudah meninggalkan segala jenis keinginan untuk kepuasan indria-indria, hidup bebas dari keinginan, sudah meninggalkan segala rasa ingin memiliki sesuatu dan bebas dari keakuan palsu dapat mencapai kedamaian sejati.

Bhagavadgita. 2. 71


Esa brahmi  sthitih partha
Nainam prapya vimuhyati
Sthitvasyam anta-kale ‘pi
Brahma nirvanam rcchati

Esa- ini; brahmi-rohani; sthitih-keadaan; partha-wahai putera prtha; na-tidak pernah; enam-ini; parapya-mencapai; vimuhyati-seseorang dibingungkan; sthitva-menjadi mantap; asyam-dalam ini; anta-kale-pada akhir hidup; api-juga; brahma nirvanam-tempat atau istana rohani Tuhan; rcchati-seseorang mencapai.

Terjemahan;
Itulah cara hidup yang suci dan rohani, sesudah mencapai kehidupan seperti itu, seseorang tidak dibinggungkan. Kalau seseorang mantap seperti itu bahkan pada saat kematian sekalipun, ia dapat masuk atau manunggal dengan Tuhan.

Bhagavadgita. 2.72.

Bebas dari keinginan berarti tidak menginginkan sesuatu untuk kepuasan indria-indria. Dengan kata lain, keinginan untuk menjadi sadar akan segala hakikat adalah karena kuasa Tuhan yang sesungguhnya berarti bebas dari keinginan. Mengerti keberadaan diri yang sesungguhya sebagai utusan Tuhan untuk menjelma sebagai manusia agar memperbaiki segala karmawasana yang masih melekat sehingga dituntut untuk mensucikannya dengan penyerahan atas segala kepemilikan secara total tanpa disertai kepura-puraan adalah sebagai bentuk tingkat kesadaran yang sempurna. Penyerahan atas segala kepemilikan dengan menganggap bahwa badan ini juga bukan miliknya, segala hasil kerja bukan miliknya serta hidup ini juga bukan miliknya dengan segala gerak dan prilaku baik pikiran, ucapan kerja dan bhakti semuanya ditujukan pada Tuhan akan membawa jiwa mencapai kesadaran yang sempurna dan bahkan sebelum mati dapat merasakan mukti terlebih saat ajal menjemput dengan disertai pikiran yang penuh kedamaian, kebahagiaan serta penyerahan bahwa jiwa juga bukan miliknya maka terjadilah kalepasan yang sempurna karena lepasnya roh tanpa melalui pemikiran yang rumit melainkan adanya landasan kesadaran penuh sehingga moksa akan mudah ditempatinya.
Penyerahan atas hasil dari kegiatan badan seperti yang dilakukan oleh Arjuna saat bertempur melawan Kaurawa yaitu dengan melakukan kegiatan perang atas nama Krsna sebagai Awatara Wisnu yang merupakan perwujudan Tuhan maka Arjuna tidak merasakan gentar sedikitpun saat bertempur melainkan semata diserahkan semuanya kepada Tuhan sebagai wujud bhakti sebagai hampa yang memenuhi kewajiban hidup, Arjuna memperoleh kebebasan. Arjuna terbebas dari keinginan material atas hasil dari pertampuran yang dilakukannya karena ia bertempur demi kepuasan Sri Krsna yang menganjurkannya agar perang dilakukan disaat Arjuna mencapai puncak kesadarannya dengan bayangan bahwa pembunuhan itu suatu dosa terbesar terlebih membunuh para Guru dan saudaranya. Jika bias ditafsirkan disini bahwa yang dimaksud saudara itu bisa merupakan indria-indria serta nafsu-nafsu yang menyertai diri setiap saat sedangkan guru-guru adalah pikiran yang menjiwai indria-indria itu bahwa kesemuanya itu hendaknya dibunuh jika ingin menemui Tuhan, menyerahkan diri pada Tuhan dengan meninggalkan itu semuanya maka akan mencapai pada kesadaran sejati sehingga mendapatkan kebahagiaan yang sejati pula.
Seseorang dapat mencapai kesadaran atau kehidupan yang suci dengan segera dengan satu detik – atau mungkin belum bisa mencapai pada keadaan itu walaupun sudah dilahirkan berjuta-juta kali. Hal itu hanyalah merupakan persoalan pada pengertian dan pengakuan terhadap kenyataan. Rshi Bhisma bisa mencapai keadaan itu dengan selalu berpegang teguh pada prinsip hidup dan diakhir hidupnya dia bisa menentukan segalanya tentang kapan dia harus melepaskan ruh atau atma walaupun nyawa meregang disaat terbunuh pada perang Bharata. Kekuatan pikiran Rhsi Bhisma sebagai contoh apabila manusia dibumi ini selalu memiliki prinsip dengan hidup yang sudah teratur dengan berbagai konsep Dharma, maka siapapun juga akan bisa mengendalikan hidupnya dengan menjadikan dirinya sebagai manusia seutuhnya sehingga disuatu saat akan di-apa-kan dirinya oleh ‘apa’, maka penganut spiritual murni akan siap menjalankan seperti  apa yang seharusnya ia lakukan. Siapapun juga akan bisa menjadi ‘apa’ seperti ‘apa’ yang oleh apa inginkan, tetapi semua itu membutuhkan dasar kemapanan spiritual. Orang yang mantap spiritualnya sudah tentu akan mendapatkan anugerah yang terbaik dan sesuai oleh keadaan atau kemampuan yang ada pada dirinya. Seperti sang Arjuna saat bertapa dipuncak gunung Kailasa yang bermaksud agar dapat memenangkan perang di medan Kuru, tanpa ia pikirkan sebelumnya tentang anugerah apa yang akan ia peroleh dalam tapa itu tetapi dewa Siva sangat memahaminya sehingga diberikanlah senjata berupa panah pasupati atau pasupata sebagai senjata pamungkas untuk mengalahkan para Kaurawa yang memiliki kesaktian luar biasa dengan disertai ribuan pengikutnya sedangkan Pandawa hanya berlima saudara. Anugerah yang diberikan oleh dewa Siva kepada Arjuna sudah patut atau sesuai dengan karakter atau kondisi si penerimanya karena Arjuna sendiri merupakan salah satu bagian dari kelima bersaudara yang memiliki keahlian memanah.  
Menurut pandangan Filsafat Budha, bahwa sesudah kehidupan materiil ini berakhir, yang ada hanya kekosongan, tetapi Bhagavadgita memberikan pengertian yang lain daripada itu bahwa kehidupan sejati sesungguhnya dimulai saat kehidupan duniawi ini berakhir. Sebelum berakhir hidup ini kalau ada seseorang yang beruntung karena telah sadar dan menganggap Tuhan adalah tujuan utamanya bukan material yang sifatnya sementara maka ia akan segera mencapai dunia Tuhan atau tingkatan Brahma-nirvana. Disini apabila kesadaran akan bhakti dan karma hanya ditujukan pada Tuhan sesungguhnya tiada bedanya antara prilaku-prilaku spiritual dengan kebenaran Tuhan sendiri.
Demikian juga dengan adanya wacana pemanasan global akan merusak kelestarian alam lingkungan manusia hidup, sesungguhnya bisa diantisipasi jika manusia didunia menyadari semuannya yang ada ini adalah milik Tuhan sehingga manusia tidak bisa atau segala tindakannya hendaknya dilakukan demi kebahagiaan bersama, tanpa adanya motif demi kepentingan pribadi tetapi segalannya dilakukan berlandaskan hati nurani sebagai manusia yang penuh perasaan bukan menonjolkan intelektualitas belaka tetapi spiritualitas sebagai dasar utama dalam hidup sehingga keserakahan, kebengisan, yang berlanjut pada pengrusakan lingkungan dapat dihindari dengan begitu bencana alam yang diakibatkan pemanasan global akan dapat dicegahnya. Untuk dapat mencapai keadaan seperti ini dibutuhkan pemahaman yang sangat komprehensip sebelum memahami spiritual. Pemahaman komprehensip dimaksudkan agar didalam pemikiran atas keadaan alam tidak terjadi gejolak sehingga kebijaksanaan serta kepuasan indria dapat teratasi, dengan terpuaskannya segala apa yang terdapat dalam pemikiran indria karena dilandasi pengetahuan yang luas, maka seseorang hendaknya meningkatkan pengetahuan pikirannya kepada tingkatan spiritual tingkat tinggi agar tercapai suatu kesadaran yang sejati. Kesadaran sejati bisa diperoleh jika seseorang menyerahkan segala kepemilikan yang ia miliki semata ditujukan kepada Tuhan dengan selalu bersikap sujud dan bhakti secara penuh baik dalam pikiran maupun tingkah laku, sehingga rasa ego atau kesombongan yang berdampak pada prilaku arogansi tiada tampak, segala tindakannya akan menyejukkan mata siapapun yang memandang. Keadaan seperti ini   membawa jiwa yang merupakan inti hidup seseorang  mencapai Brahma nirwana baik saat berbadan wadag maupun saat terlepasnya kedua wujud tersebut. Intelektual sebagai langkah pertama untuk menuju kesadaran murni sebab Veda sesungguhnya sangat takut kepada seseorang yang tidak memiliki intelek.

Yam imam puspitam vacam
Pravadanty      avipascitah
Veda-vada-ratah      partha
Nanyad       astiti   vadinah

Kamatmanah svarga-para
Janma-karma-phala-pradam
Kriya  -   visesa  -  bahulam
Bhogaisvarya - gatim    prati

Terjemahan;
Orang yang kekurangan pengetahuan sangat terikat pada kata-kata kiasan dari weda, yang menganjurkan berbagai kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan pahala agar dapat naik tingkat sampai planet-planet surga, kelahiran yang baik sebagai hasilnya, kekuatan, dan sebagainya. Mereka menginginkan kepuasan indria-indria dan kehidupan yang mewah, sehingga mereka mengatakan bahwa tiada sesuatupun yang lebih tinggi dari ini, wahai putera Prtha.

Bhagavadgita. 2. 42-43

Masyarakat pada umumnya tidak memiliki kecerdasan yang lebih akan tetapi secara standar mereka banyak yang menjadi pemalas akibat kurang mampunya kecerdasan pikirannya, oleh karena itu mereka selalu terikat oleh kegiatan kegiatan yang dapat membuahkan hasil sebagai pemuas indria-indrianya sehingga dapat menikmati hidup didunia, sebagai symbol kenikmatan bagi mereka adalah wanita dan mencapai surga yang merupakan suatu tempat yang bisa memperoleh segalanya yang diinginkan. Dengan begitu mereka selalu melakukan berbagai ritual korban yang pada ujungnya menginginkan buah hasil atas upacara yang mereka lakukan.
Selama badan jasmani masih ada, ada perbuatan-perbuatan dan reaksi reaksi dalam sifat material. Seseorang harus mempelajari toleransi dihadapan hal-hal yang relative seperti itu, ia dapat dibebaskan dari kecemasan mengenai untung rugi.

Karma-jam buddhi-yukta hi
Phalam  tyaktva  manisinah
Janma-bandha-vinirmuktah
Padam gacchanty anamayam

Dengan menekuni bhakti kepada Tuhan seperti itu, resi-resi yang mulia dan penyembah-penyembah membebaskan diri dari hasil pekerjaan di dunia material. Dengan cara demikian mereka dibebaskan dari perputaran kelahiran dan kematian dan mencapai keadaan diluar segala kesengsaraan (Moksa).

Bhagavadgita. 2. 51

Orang yang dengan bhakti yang tulus akan mencapai pembebasan dan tinggal ditempat yang bebas dari kesengsaraan material. Keberadaan moksa tidak jauh dan tidak dekat, tetapi berada diantara perbuatan perbuatan yang mulia dengan kesadaran penuh kepada Tuhan sebagai sumber segalanya.
Proses pengetahuan  memuncak dalam bhakti yang murni kepada Tuhan. Karena itu kalau seseorang tidak mendekati pengabdian rohani kepada Tuhan, maka sembilan belas unsur lainnya tidak berkembang dalam dirinya. Tetapi kalau seseorang mulai melakukan bhakti dalam kesadaran Tuhan dengan sepenuhnya, maka kesembilan belas unsur itu dengan sendirinya akan berkembang dalam dirinya. Prinsip berguru kepada guru kerohanian adalah syarat mutlak dan itulah yang paling penting, bahkan bagi orang yang mulai melakukan bhakti sekalipun. Kehidupan rohani dimulai ketika seseorang berguru kepada seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya. Ini adalah pengetahuan yang sempurna bagi siapa saja yang ingin mencapai kesadaran murni sebab dengan mempercayai seorang guru kerohanian sebagai penuntun hidupnya dengan memandang sepenuhnya bahwa guru itu adalah titisan Dewa dan dengan selalu sujud dikaki guru, maka seorang murid kerohanian akan mendapatkan darsana secara langsung kepada jalan Tuhan.
Sikap rendah hati sebagai dasar berperilaku bagi pelaku spiritual. Rendah hati berarti hendaknya seseorang  jangan berhasrat  supaya puas mendapat penghormatan dari orang lain. Paham keduniawian yang membuat orang terseret pada penghormatan palsu sehingga ada kecenderungan minta dihargai dirinya serta penghormatan yang tinggi dengan demikian terpuaskanlah. Setelah seseorang pengikut kerohanian yang dilandasi pemikiran badan itu mencapai keberhasilan maka selanjutnya ia memasuki suatu organisasi yang tidak mengikuti prinsip-prinsip Dharma selanjutnya memaklumkan dirinya sebagai guru kerohanian, ia sangat ingin menjadi terkenal sebagai guru kerohanian karena terjebak pada kenikmatan yang palsu dengan demikian akan menyeretnya kejurang kawah candradimukha yang sangat ganas dan menyeramkan dengan penuh siksaan luar biasa.
Tidak melakukan kekerasan yang pada umumnya disama artikan sebagai Ahimsa atau tidak membunuh badan, tetapi sebenarnya tidak melakukan kekerasan berarti tidak menyebabkan mahkluk lain berdukacita. Pada umumnya orang terperangkap oleh kebodohan dalam paham hidup duniawi, dan mereka menderita sengsara selamanya. Karena itu kalau seseorang tidak mengangkat  orang lain sampai tingkat pengetahuan rohani, maka itu berarti bahwa dia melakukan kekerasan. Hendaknya seseorang berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan pengetahuan  yang sebenarnya kepada umat manusia agar terbebaskan dari kebodohan dan meninggalkan ikatan material ini.
Sikap toleransi yaitu agar terlatih untuk tahan terhadap penghinaan dan ejekan dari orang lain. Kalau seseorang tekun dalam kegiatan spiritual, maka dia akan mengalami berbagai kemajuan, kemajuan bukan berarti tidak mengalami godaan, justru dengan tingginya tingkat spiritual, karena sudah bisa membebaskan diri dari godaan-godaan seperti penghinaan atau cemooh dari para pengikut materialis karena alam materialis disusun demikian yang penuh penilaian baik-buruk sedangkan alam spiritual terbebaska dari dualisme nilai baik buruk yang ada adalah kebenaran sejati bahwa segalanya baik atau buruk adalah kuasa Tuhan semata. Dengan pandangan toleransi tinggi sepatutnya peribahasa ‘anjing mengonggong kapilah berlalu’ sangat tepat dipakai sebagai pedoman penganut spiritual sehingga akan selalu mantap dan terus berjalan dijalan Dharma.
  Kesederhanaan berarti hendaknya seseorang bebas dari siasat atau politik, selalu terus terang hingga dapat mengungkapkan kebenaran yang sejati. Berguru kepada guru kerohanian dengan mendekati selalu guru dan melayaninya dengan sikap rendah hati dengan berbagai cara agar guru berkenan menganugerahkan berkat karunia kepada muridnya adalah syarat utama dalam menapaki jalan spiritual, sehingga lambat laun akan segera mendapatkan kesadaran penuh. Walaupun murid itu belum mengikuti prinsip-prinsip yang menjadi aturan seharusnya. Berserah diri kepada guru tanpa memandang baik buruknya seorang guru atau perintah apa yang diperintahkan seperti sang Bima disaat mencari Tirtha Kamandalu sebagai tirtha kehidupan, ia diperintahkan oleh Guru Drona agar memasuki lautan, padahal Guru Drona tahu bahwa Bima tidak bisa berenang, maka Bima sebagai murid yang taat pada bhakti, ia melakukan perintah gurunya, walaupun nyawa taruhannya demi kesejahteraan dunia. Dan setelah tenggelam didasar samudera yang ia dapatkan adalah bertemu dengan Dewa Baruna dan terselamatkanlah Bima serta dapat membawa Tirtha Kamadalu yang dimaksudkan.
Kebersihan atau kesucian sebagai syarat mutlak yang harus dilakukan untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan spiritual. Kebersihan badan dengan mandi, sedangkan kebersihan rohani dengan melakukan tapa, japa, bhrata dan yogasamadi serta selalu berpikiran pada Tuhan.
Ketabahan atau pengendalian diri adalah hal yang sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan kerohanian agar tercapai suatu keberhasilan yang sempurna. Ketabahan hati tiada batasnya, jika dibatasi, maka tingkat kesabarannya masih rendah dan akan menghambat pada kemajuan spiritual.
Mendalami dan berusaha mengerti hakikat suka, duka, kelahiran - kematian, usia tua, masa anak-anak, dan penyakit orang harus memahami dengan mendalam bahwa kelahiran penuh kesengsaraan dari dalam kandungan ibu sampai terlahirkan kedunia yang berulang-ulang menggambarkan betapa besarnya penderitaan yang dialami oleh manusia.
Kesadaran spiritual dengan jalan melaksanakan bhakti-yoga seperti disaat perayaan Galungan dan Kuningan sebagai langkah yang bisa dilakukan dialam modern ini dengan menyadari hakikat roh individu dan roh utama sebagai awal dari segalanya. Dengan sikap rendah hati dan selalu sujud dikaki guru kerohanian akan menghantarkan seseorang mencapai tingkat kesadaran tinggi, sehingga terbebaskan jiwa dari belenggu badan serta terhapusnya Karmawasana, maka kelak bagi murid yang sadar akan selalu menganggap bahwa dirinya bagian dari Tuhan, bukan menganggap dirinya adalah Tuhan yang merupakan kesombongan tingkat Tinggi, dengan demikian pencapaian kesadaran spiritual akan mengantarkan Jiwa kepada kalepasan sehingga saat terpisahnya jiwa dan badan akan tercapai tujuan utama sang Atma yaitu manunggal dengan asalnya dan tidak terlahirkan kembali mencapai Brahma-Nirvana yang merupakan alam keabadian Suka tanpa wali dhuka (Moksa).


Kesimpulan;
  1. Tattwa mengenai Galungan dan Kuningan terdapat dalam Lontar Sundarigama
  2. Pelaksanaan hari Raya Kuningan tidak terlepas dari rangkaian Galungan yang merupakan satu paket.
  3. Rangkaian pelaksanaan Galungan dan Kuningan dimulai dari Tumpek Wariga sampai berakhir pada Buddha Kliwon wuku Pahang.
  4. Dasar-dasar Pelaksanaan Galungan mengacu pada Weda dan Lontar serta catur Dresta.
  5. Makna Perayaan Galungan dan Kuningan untuk meningkatkan kecerdasan pikiran yang sudah tercerahkan akibat terhindar dari pengaruh Sang Kala Tiga dengan melalui tahapan-tahapan yang diperlukan.
  6. Hubungan Perayaan Galungan dan kuningan dengan Peningkatan Kesadaran Spiritual sangat berarti mengingat semakin Tahu dan mengikuti segala rangkaian Upacara perayaan Galungan dan Kuningan dengan memahami Makna dan Tujuannya akan membentuk watak dan perilaku manusia yang lebih manusiawi karena semakin sering manusia itu diingatkan oleh adanya hari raya makan semakin lebih waspada dan memahami hakikat hidup sesungguhnya.
  7. Tujuan peningkatan kesadaran Spiritual seperti pesan yang disampaikan dalam Perayaan Galungan adalah demi tercapainya tujuan utama manusia diadakan yaitu manunggal dengan Tuhan atau mencapai Brahma-Nirvana.


Penutup dan Pesan

Umat Hindu sedharma yang sangat terkasihi, pada akhir pembicaraan ini semoga dengan adanya pertemuan yang sangat berbahagia ini kita semua selalu mendapatkan bimbingan serta petunjuk jalan yang lebih sempurna, jika ada tutur kata yang kurang sempurna semoga Hyang Widhi memberikan anugerah kesempurnaan karena baik dan buruk semua demi umat dan Hyang Widhi-lah Yang Maha Bijaksana, semoga semua berbahagia.

Om brahma visnu isvara devam
Jivatmanam trilokanam
Sarva jagat pratisthanam
Suddha klesa vinasanam
Om, guru padhuka dipata ya namah.

Ya Tuhan sebagai Brahma, Wisnu, Iswara yang berkenan turun menjiwai isi triloka, semoga seluruh jagad tersucikan bersih serta segala noda terhapuskan oleh-Mu, ya Tuhan sebagai Bapak alam, hamba memuja-Mu.


Pesan;
Saudara umat Hindu Sedharma yang berbahagia, yang perlu dipahami agar mampu meningkatkan diri dalam kehidupan spiritual adalah perlu memahami dasar-dasar spiritual itu.
Oleh karena itu berikut terdapat dasar-dasar spiritual yang perlu dipahami oleh umat sedharma agar memperoleh keberhasilan adalah;
  1.  Hendaknya memperkuat rasa ke-Tuhan-an dalam diri dengan tetap mantap dengan penuh kebahagiaan selalu dan mengingat kematian datangnya tidak dapat diduga, berperilaku selalu eling lan waspada atau selalu ingat tujuan hidup sesungguhnya.
  2. Gemar membaca buku-buku suci dan mendengarkan petunjuk-petunjuk alam dengan penuh kesadaran.
  3. Menyadari diri tidak bisa hidup sendirian oleh karena agar selalu menjalin kerjasama dengan sesama manusia dan lingkungan disertai sikap ramah dan penuh persahabatan serta kasih sayang.
  4. Mengembangkan sikap tenggang rasa, menjiwai segala sesuatunya bahwa dengan memelihara watak dan sifat yang dimiliki manusia itu berbeda-beda, sehingga tidak ada pemaksaan kehendak untuk menyeragamkan keinginan pribadi tetapi dalam keragaman tetap bersatu.
  5. Selalu bersikap adil seperti  sifat Matahari, sekali bersinar maka segalanya akan mendapatkan cahaya tanpa membedakan warna tumbuhan, jenis manusia, dan benda yang lainnya, semua terkena cahayanya.

Om Santi-santi-santi Om

                                                                           Banyuwangi, Sukra 15 Juli 2011


                                                                                     Romo Poniman
NB;
  1. 1.      Semoga sepercik pemikiran ini dapat memberikan inpirasi bagi umat Sedharma dimanapun berada jika inging memberikan pencerahan seputar perayaan Galungan dan Kuningan.
  2. 2.      Selamat berdharmawacana, semoga wacana dharma akan menumbuhkan sikap yang penuh damai dan batin yang bahagia.
  3. 3.      Salam buat umat Se-Dharma dimanapun Berada.

MANTRA PERSEMBAHYANGAN SEHARI-HARI

MANTRA BERSEMBAHYANG
Sebelum melakukan perbahyangan sebaiknya mengenakan pakaian yang bersih, mencuci kaki dan tangan serta cuci muka jika berdekatan dengan air, konsentrasikan pikiran, jika pikiran belum tenang jangan dipaksakan, renungkan sejenak apa yang baru saja dialami, kemudian bawa lamunan pada rasa terimakasih atas apapun yang barusaja terjadi pada anda seraya duduk dengan pasrah diri pada Sanghyang Widhi dengan sikap Asana dengan Puja Trisandya maupun Panca Sembah– didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:

1.Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:
Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalàya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu  telah duduk tenang, suci, dan tiada noda.

2.Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:
Om suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga  pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).
Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:
Om ati suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).

3.Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:
Om Ang waktra parisuddmàm swàha
atau lebih pendek:
Om waktra suddhaya namah
Artinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.

4.Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:
Om Am dupa dipàstraya nama swàha
Artinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.

5.Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bias diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:
Mantram Trisandhyà
Om bhùr bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt
Tuhan adalah bhùr svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia
berikan semangat pikiran kita.
Om Nàràyana evedam sarvam
yad bhùtam yac ca bhavyam
niskalanko nirañjano nirvikalpo
niràkhyàtah suddo deva eko
Nàràyano na dvitìyo’sti kascit
Ya Tuhan, Nàràyana adalah semua ini apayang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nàràyana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.
Om tvam sivah tvam
mahàdevah
ìsvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah
Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahàdewa,
Iswara, Parameswara, Brahmà, Wisnu, Rudra, dan Purusa.
Om pàpo ham pàpakarmàham
pàpàtmà pàpasambhavah
tràhi màm pundarikàksa
sabàhyàbhyàntarah sucih
Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba
papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.
Om ksamasva màm mahàdeva
sarvapràni hitankara
màm moca sarva pàpebyah
pàlayasva sadà siva Ya Tuhan,
ampunilah hamba HyangWidhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.
Om ksàntavyah kàyiko
Dosah ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm
Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan
hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.
Om sàntih, sàntih, sàntih,
Om Ya Tuhan,semoga damai, damai, damai selamanya.
Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa. Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:
Om puspa dantà ya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.
Kramaning Sembah (Panca Sembah)
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau
pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:
  1. 1.Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan    pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:
Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.
2.Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam
wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:
Om Adityasyà param jyoti
rakta tejo namo stute
sweta pankaja madhyastha
bhàskaràya namo stute

Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar  merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.

3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiranNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bias berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang. Mantram dibawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:
Om nama dewa adhisthanàya
sarwa wyapi wai siwàya
padmàsana eka pratisthàya
ardhanareswaryai namo namah

Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yangluhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yangbersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepadaArdhanaresvari hamba memuja.
4.Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon
waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai wara-nugraha, jadi tidak”dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki). Mantramnya adalah:

Om anugraha manoharam
dewa dattà nugrahaka
arcanam sarwà pùjanam
namah sarwà nugrahaka
Dewa-dewi mahàsiddhi
yajñanya nirmalàtmaka
laksmi siddhisça dirghàyuh
nirwighna sukha wrddisca
Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.

5.Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang
pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram,tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran,Mantramnya:
Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om
Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan,maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada hambakedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.
Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata.
Berikut ini contohnya: Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:

Om, àkàsam nirmalam sunyam,
Guru dewa bhyomàntaram,
Ciwa nirwana wiryanam,
rekhà Omkara wijayam,
Artinya: YaTuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.

Om nama dewa adhisthanàya,
sarva wyàpi vai siwàya,
padmàsana ekapratisthàya,
ardhanareswaryai namo namah.
Artinya: Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut :
Om Isanah sarwa widyànàm
Iswarah sarwa bhùtànàm,
Brahmano dhipatir Brahmà
Sivo astu sadàsiwa
Artinya: Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini :
Om, Girimurti mahàwiryam,
Mahàdewa pratistha linggam,
sarwadewa pranamyanam
Sarwa jagat pratisthanam
Artinya: Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.
Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga :
Om, Catur diwjà mahasakti
Catur asrame Bhattàri
Siwa jagatpati dewi
Durgà sarira dewi
Artinya: YaTuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya,Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana.
Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya :
Om Brahmà Prajàpatih sresthah
swayambhur warado guruh
padmayonis catur waktro
Brahmà sakalam ucyate
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.
Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau
padharman, mantramnya :
Om Brahmà Wisnu Iswara dewam
Tripurusa suddhàtmakam
Tridewa trimurti lokam
sarwa wighna winasanam
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa MahaSuci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.
Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya :
Om Nagendra krùra mùrtinam
Gajendra matsya waktranam
Baruna dewa masariram
sarwa jagat suddhàtmakam
Artinya: Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.
Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya :
Om Sridhana dewikà ramyà
sarwa rupawati tathà
sarwa jñàna maniscaiwa
Sri Sridewi namo’stute
Artinya: Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik,dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.
Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya :
Om Saraswati namas tubhyam
warade kàma rùpini
siddharàmbham karisyami
siddhir bhawantu me sadà
Artinya: Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi
berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.
Untuk bersembahyang di pemujaan para Rsi Agung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka, Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini :
Om Dwijendra purvanam siwam
brahmanam purwatisthanam
sarwa dewa ma sariram
surya nisakaram dewam
Artinya: Ya, Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita,la adalah Brahma, berdiri tegak paling depan, la yang menyatu dalam semua dewata. la yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan, kami memuja Siwa para pandita agung.
Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi, mantram ini menggantikan “mantram umum” pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.
Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru (rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak ada kaitannya dengan Panca Sembah :
Om Ganapati rsi putram
bhuktyantu weda tarpanam
bhuktyantau jagat trilokam
suddha purna saririnam
Demikianlah mantram untuk Istadewata.
—————————————————————-
DOA SEHARI-HARI
Inilah doa untuk sehari-hari. Lazimnya tentulah dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan umum, misalnya, membuka rapat/pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan memegang buku. Mantram atau doa ini ejaannya sedapat mungkin mengikuti bahasa Sansekerta justru untuk mendekati pengucapan. Setiap hurup bergaris kecil di atasnya, dibaca lebih panjang. Misal: à dibaca aa dan ù dibaca uu. Namun, huruf v (asli) sudah diganti w untuk mendekati cara bacanya.
Doa menjelang tidur :
Om asato mà sat ganaya,
tamaso mà jayatir ganaya,
mrityor màmritam gamaya.
(Ya Tuhan tuntunlah hamba dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar,dari jalan gelap ke jalan terang, hindarkanlah hamba dari kematian menuju kehidupan abadi.)
Doa bangun pagi :
Om Utedànim bhagawantah syàmota
prapitwa uta mandhye ahnam
utodità maghawanta sùryasya wayam
dewànàm sumantau syàma.
(Ya Tuhan Yang Maha Pemurah, jadikanlah hamba orang yang selalubernasib baik pada hari ini, menjelang tengah hari, dan seterusnya. Semogapara Dewa melindungi diri hamba.)
Doa membersihkan/mencuci muka :
Om Cam camàni ya namah swàha.
Om waktra parisudahaya namah swàha.
(Ya Tuhan, hamba memujaMu, semoga muka hamba menjadi bersih.)
Doa menggosok gigi :
Om rahphat astràya namah.
Om Sri Dewi Bhatrimsa Yogini namah.
(Ya Tuhan, sujud hamba kepada Dewi Sri, Bhatari Yogini, semoga bersihlah gigi hamba.)
Doa berkumur :
Om Ang waktra parisudhamàm swaha.
(Ya Tuhan, semoga bersihlah mulut hamba.)
Doa membersihkan kaki :
Om Am kham khasolkhàya iswaràya namah swàha.
(Ya Tuhan, semoga bersihlah kaki hamba.)
Doa mandi :
Om Ganggà amrta sarira sudhamàm swàha.
Om Sarira parisudhamàm swàha.
(Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan hamba menjadi bersih dan suci.)
Bisa pula dengan doa atau mantram ini:
Om gangge ca yamune caiwa
godawari saraswati
narmade sindhù kaweri
jale smin sannidhim kuru
(Ya Tuhan, ijinkanlah hamba memanggil sungai suci Gangga, Yamuna,Godawari, Saraswati, Narmada, Sindhu dan Kaweri, semoga menganugerahkan kesucian kepada hamba.)
Doa pada waktu mengenakan pakaian :
Om tam Mahàdewàya namah swàha,
Om bhusanam sarirabhyo parisudhamam swàha.
(Tuhan dalam perwujudanMu sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha agung, hamba sujud kepadaMu dalam menggunakan pakaian ini. Semoga pakaian hamba menjadi bersih dan suci.)
Selesai berpakaian hendaknya melakukan persembahyangan Trisandya.
Doa panganjali :
Diucapkan saat berjumpa dengan seseorang atau memulai suatu
pembicaraan dalam sebuah pertemuan. Tangan dicakupkan seperti
menyembah, diangkat sejajar dada.
Om Swastyastu
(Semoga selalu dalam keadaan.selamat di bawah lindungan Tuhan.)
Doa menghadapi makanan :
Om hiranyagarbhah samawartatagre
bhùtasya jàtah patireka àsit
sadàdhara pritiwim dyam utemam
kasmai dewàya hawisa widhema
Om pùrnam adah purnamidam
pùrnàt purnam udacyate
pùrnasya purnam àdàya
pùrnamewawasisyate
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih. Engkau asal alam semesta dan
satu-satunya kekuatan awal. Engkau yang memelihara semua makhluk,seluruh bumi dan langit. Hamba memuja Engkau. Ya Tuhan Yang Maha Sempuma dan yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap dalam kesempurnaanMu. Engkau Maha Kekal. Hamba mendapat makanan yang cukup berkat anugrahMu. Hamba manghaturkan terima kasih.)
Doa di atas baik untuk makan bersama, misalnya, pesta atau istirahat
makan dalam suatu pertemuan. Jika sendirian bisa mengucapkan doa pendek ini yang diambil dari kitab suci Yajurveda:
Om annapate annasya
no dehyanmiwasya susminah
pra-pra dàtàram tàris ùrjam
no dhehi dwipade catuspade
(Ya Tuhan, Engkau penguasa makanan, anugerahkanlah makanan ini, semoga memberi kekuatan dan menjauhkan dari penyakit. Bimbinglah hamba anugerahkan kekuatan kepada semua mahkluk.)
Doa mulai mencicipi makanan :
Om anugraha amrtàdi sañjiwani ya namah swàha.
(Ya Tuhan, semoga makanan ini menjadi penghidup hamba lahir dan bathin yang suci.)
Doa selesai makan :
Om Dhirgayur astu, awighnamastu, subham astu
Om sriyam bhawantu, sukham bhawantu, pùrnam bhawantu, ksàma
sampurnàya namah swàha.
Om, Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan, semoga makanan yang telah masuk ke dalam tubuh hamba memberikan kekuatan dan keselamatan, panjang umur dan tidak mendapat sesuatu apapun. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia,damai selama-lamanya.)
Doa sebelum memulai suatu pekerjaan :
Om awighnam astu namo sidhham.
Om sidhirastu tad astu swàha.
(Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik).
Doa selesai bekerja/bersyukur :
Om Dewa suksma parama acintyàya namah swàha
Sarwa karya prasidhàntam.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maha karya,hanya atas anugrahMu-lah maka pekerjaan ini berhasil dengan baik.Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selamanya).
Doa mohon bimbingan Tuhan :
Om Asato mà sadyamaya
tamaso mà jyotir gamaya
mrtyor mà amrtam gamaya,
Om agne brahma grbhniswa
dharunama syanta riksam drdvamha
brahrnawanitwa ksatrawahi sajàta
wanyu dadhami bhratrwyasya wadhyàya.
(Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah hamba dari kegelapan pikiran menuju cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari kematian menuju kehidupan yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada pada hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada dalam setiap insani (jiwatman), menolong orang terpelajar pemimpin negara
dan para pejabat. Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan anugrah kekuatan kepada hamba.)
Doa mohon inspirasi :
Om prano Dewi Saraswati
wàjebhir wàjiniwati
dhinam awiñyawantu.
(Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung dan Maha Kuasa, semoga Engkau memancarkan kekuatan rohani, kecerdasan pikiran, dan lindungilah hamba selama-lamanya.)
Doa mohon dianugrahi kecerdasan dan kesucian :
Om pàwakànah Saraswati
wàjebhir wajiniwati
yajñam wastu dhiyàwasuh.
(Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi Saraswati. Yang MahaSuci,
anugrahilah hamba kecerdasan. Dan terimalah persembahan hamba ini.)
Doa mulai belajar :
Om purwe jato brahmano brahmacari
dharmam wasànas tapasodatistat
tasmajjatam brahmanam brahma
lyestham dewasca sarwe amrttna sàkama
(Ya Tuhan, muridMu hadir di hadapanMu, Oh Brahman yang berselimutkan kesaktian dan berdiri sebagai pertama. Tuhan, anugrahkanlah pengetahuan dan pikiran yang terang. Brahman yang agung, setiap makhluk hanya dapat bersinar berkat cahayaMu yang senantiasa memancar.)
Doa mohon ampun dalam segala dosa :
Om dewakrtasyainaso awaya janam
asi manusyakrtasi nama awaya janam
asipitra kitasi namo awaya janam asyatma
krtasyaenaso awaya janam
asyena sa’ enase waya janam asi
yacchaham eno vidvamscakara
yacchavidvams tasya va ya janam asi
(Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadapMu, ampunilah dosa hamba terhadap sesama manusia, terhadap orangtua hamba, terhadap teman hamba, Tuhan ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa,
terhadap dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar. Tuhan,semoga berkenan mengampuni semuanya itu.)
Doa memotong hewan :
Om pasu pasàya wimahe sirascadaya dhimahi tano jiwah pracodayat.
(Semoga atas perkenan dan berkahMu para pemotong hewan dalam
upacara kurban suci ini beserta orang-orang yang telah berdana punia untuk yadnya ini memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan. Tuhan, hambamemotong hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.)
Doa mengunjungi orang sakit :
Om sarwa wighna sarwa klesa sarwa lara roga winasàya namah
(Ya Tuhan semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan Engkau lenyapkan semuanya.)
Doa mendengar atau melayat orang meninggal dunia :
Om atma tattwatma naryatma Swadah Ang Ah
Om swargantu, moksantu, sùnyantu, murcantu.
Om ksàma sampurnàya namah swàha.
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah arwah yang meninggal mendapat sorga, menunggal denganMu, mencapai keheningan tanpa derita. Ya Tuhan, ampunilah segala dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan pengetahuan serta pengampunanMu.)
Doa untuk keselamatan penganten :
Om iha iwa stam mà wi yaustam
wiswam àyur wyasnutam
kridantau putrair naptrbhih
modamànau swe grhe
(Ya Tuhan, anugerahkanlah kepada pasangan penganten ini kebahagiaan,keduanya tiada terpisahkan dan panjang umur. Semoga penganten ini dianugerahkan putra dan cucu yang memberikan penghiburan, tinggal dirumah yang penuh kegembiraan.)
Doa memohon ketenangan rumah tangga :
Om wisowiso wo atithim
wajayantah purupriyam
agnim wo duryam wocah
stuse sùsasya manmabhih
(Ya Tuhan, Engkau adalah tamu yang datang pada setiap rumah. Engkauamat mencintai umatMu. Engkau adalah sahabat yang maha pemurah.Perkenankanlah hamba memujaMu dengan penuh kekuatan, dalam ucapanmaupun tenaga dan dalam lagu pujian.)
Doa untuk kelahiran bayi :
Om Brhatsumnah prasawità niwesano
jagatah sthaturubhayasya yo wasi
sa no dewah sawità sarma yaccha twasme
ksayaya triwarutham amhasah
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik yang bergerak dan yang tidakbergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya kepada kami untuk ketentraman hidup dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan yang jahat.)
Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan Mantram Gayatri (bait pertama Puja Trisandya)masing-masing tiga kali pada lobang telinga kanan dan kiri bayi itu.
Doa untuk memohon cinta kasih-Nya :
Om wicakrame prthiwim esa etàm
ksetràya wisnur manuse dasasyan
druwàso asya kirqya janàsa
uruksitim sujanimà cakàra
(Ya Tuhan, Engkau Hyang Wisnu yang membentang di bumi ini,
menjadikah tempat tinggal bagi manusia. Kaum yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Nya. Yang mulia telah menjadikan bumi tempat yang lega bagi mereka.)
Doa untuk memohon panjang umur :
Om Taccaksur dewahitam sukram uccarat
pasyema saradah satam
jiwema saradah satam
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga seratus tahun hamba selalu melihat mata yang bersinar ciptaanNya, semoga hamba hidup seratus tahun lamanya.)
Doa pembukaan rapat/pertemuan :
Om sam gacchadwam sam wadadwam
sam wo manamsi jànatàm
dewa bhagam yatha purwe
samjànàna upasate.
Om samani wa akutih
samànà hrdayàni wah
samànam astu wo
mano yatha wah susahasati.
Om ano bhadrah krattawo yantu wiswatah
(Ya Tuhan, hamba berkumpul di tempat ini hendak bicara satu dengan yang lain untuk menyatukan pikir sebagai mana halnya para dewa selalu bersatu.Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati,bersatu dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan bahagia. Ya Tuhan, semoga pikiran yang baik datang dan segala penjuru.)
Doa penutup rapat/pertemuan :
Om anugraha manoharam,
devadatta nugrahaka,
arcanam sarwà pùjanam,
namah sarwa nugrahaka.
Om ksama swamàm jagadnàtha,
sarwa pàpà hitankarah,
sarwa karya sidham dehi,
pranamya sùryeswaram.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om.
(Ya Tuhan limpahkanlah anugrahMu yang menggembirakan kepada
hamba. Tuhan yang maha pemurah, semoga Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan, pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah dosa hamba dan anugrahilah hamba dengan keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan sinar suci,ibaratnya sang surya memancarkan sinarnya, hamba sujud kepadaMu. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)
Untuk menutup pertemuan, bisa pula dipakai doa di bawah ini yang
diambilkan dari kitab Yajurveda. Mantram ini disebut Santi Mantram.
Bunyinya:
Om dyauh sàntir antariksam sàntih
prthiwi sàntir àpah sàntir
asadhayah santih wanaspatayah santir
wiswe dewah sàntir brahma sàntih
sarvam sàntih santir ewa sàntih
sà mà sàntir edhi
(Ya Tuhan Yang Mahakuasa, anugerahkanlah kedamaian di langit, damai dibumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan,damai bagi para dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta.Semogalah kedamaian senantiasa datang pada kami)
Doa untuk pedagang :
Om à wiswàni amrta saubhagàni
(Ya Tuhan, semoga Engkau menganugerahkan segala keberuntungan yang memberikan kebahagiaan kepada hamba.)
Doa untuk kebajikan, juga dipakai sebelum meditasi :
Om wiswàni dewa sawitar
duri tàni parà suwa
yad bhadram tanna à suwa
(Ya Tuhan, Sawitar, usirlah jauh-jauh segala kekuatan jahat. Berikanlah hamba yang terbaik.)
Doa mohon perlindungan, juga baik diucapkan ketika sakit :
Om Trayambhakam yajàmahe
sugandhim pusti wardhanam
unwarukam iwa bandhanàt
mrtyor muksiya màmrtàt
(Ya Tuhan, hamba memuja Hyang Trayambhaka/Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak makanan. Semoga la melepaskan hamba seperti buah mentimun dari batangnya, melepaskan dari kematian dan bukan dari kekekalan.)
Doa untuk pelantikan pejabat negara :
(Yang dilantik biasanya menirukan)
Om A Brahman bràhmano brahmawarcasi jàyatàmà
ràste raàjanah sura isawyo tiwyàdhi mahàratho jàyàtàm
dogdhri dhenuryodànad wànàsuh saptih purandhiryosàjisnu
rathesthah sabheyo yuwàsyajayamànasya wiro jàyàtam
nikàame-nikàme nah parjanyo warsatu phalawatyo na
osadhayah pacyantam yogaksemo nah kalpatàam
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah di negara ini lahir orang-orang yang memiliki pengetahuan spiritual. Semoga pula pemimpin-pemimpin yang perkasa pandai menggunakan kebijaksanaan seperti menggunakan senjata, pahlawan yang tangguh, sapi yang banyak memberikan susu,lembu pembawa barang dan kuda yang cepat. Demikian pula lahir wanita yang sempurna. Pemuda yang baik dan berguna bagi masyarakat, sedia berkorban. Semoga hujan turun memberi kemakmuran. Semoga pepohonan berbuah lebat. Semoga usaha kami berhasil.)
Doa mengheningkan cipta :
Om-mata bhumih putro aham prthivydh
(Ya Tuhan, semoga kami mencintai tanah air ini sebagai ibu dan hamba adalah putra-putranya yang siap sedia membela seperti para pahlawan kami.)
Doa paramasanti :
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om
(Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)

Minggu, 05 Juni 2011

Penyakit Asma (Tanaman Obat)









Asma
TANAMAN OBAT INDONESIA
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/images/katalog.jpg
Nama penyakit yang anda cari: asma
No
Nama Tanaman
Nama Latin
Nama Lokal/Daerah
1
Catharantus roseus (L.) G. Don.
Perwinkle (Inggris), Chang Chun Hua (Cina); Keminting Cina, Rumput Jalang (Malaysia); Tapak Dara (Indonesia), Kembang Sari Cina (Jawa); Kembang Tembaga Beureum (Sunda);
2
Euphorbia antiquorum L.
Sudu-sudu, susurru, susudu (Jawa).;
3
Foeniculum vulgare Mill.
Hades (Sunda), adas, adas londa, adas landi (Jawa),; Adhas (Madura), adas (Bali), wala wunga (Sumba).; Das pedas (Aceh), adas, adas pedas (melayu).; Adeh, manih (Minangkabau). paapang, paampas (Menado).; Popoas (Alfuru), denggu-denggu (Gorontalo), ; Papaato (Buol), porotomo (Baree). kumpasi (Sangir Talaud).; Adasa, rempasu (Makasar), adase (Bugis).; Hsiao hui (China), phong karee, mellet karee (Thailand),; Jintan Manis (Malaysia). barisaunf, madhurika (Ind./Pak.).; Fennel, commaon fennel, sweet fennel, fenkel, spigel (I).;
4
Phyllanthus acidus [L.] Skeels.
Careme, cerme (Sunda), cerme (Jawa). careme (Madura); Ceremoi (Aceh), cerme, ceramai, camin-camin (Sumatera).; Carmen, cermen (Bali), sarume (Bima). lumpias aoyok, tili; Lombituko bolaano, caramele, carameng (Sulawesi),; Ceremin (Ternate), selemele, selumelek (Roti).; Salmele, cermele (Timor).;
5
Morus alba L.
Besaran (Indonesia). murbai, besaran (Jawa).; Kerta, kitau (Sumatera).; Sangye (China), may mon, dau tam (Vietnam), morus leaf,; morus bark,morus fruit, mulberry leaf, mulberry bark,; mulberry twigs, white mulberry, mulberry (Inggris).;
6
Curcuma xanthorrhiza, Roxb.
Temulawak, Temu putih (Indonesia), Temulawak (Jawa); Koneng Gede (Sunda), Temulabak (Madura);
7
Allium sativum, Linn.
Garlic (Inggris), Bawang Putih (Indonesia), Bawang (Jawa); Bawang Bodas (Sunda), Bawang handak (Lampung); Kasuna (Bali), Lasuna pute (Bugis), Bhabang pote (Madura); Bawa bodudo (Ternate), Kalfeo foleu (Timor);
8
Tamarindus indica, Linn.
Tamarind (Inggris), Tamarinier (Perancis),; Asam Jawa (Indonesia), Celangi, Tangkal asem (Sunda); Asem (Jawa);
9
Datura metel, Linn.
Kecubung (Jawa, Sunda), Kacobhung (Madura), ; Bembe (Madura), Bulutube (Gorontalo), Taruapalo (Seram); Tampong-tampong (Bugis), Kucubu (Halmahera, Ternate); Padura (Tidore), Karontungan, Tahuntungan (Minahasa);
10
Canangium odoratum, (Lamk.), Hook dan Thorms. (Lat
Kenanga (Indonesia), Kenanga, Wangsa (Jawa); Kananga (Sunda), Sandat kananga, Sadat wangsa (Bali); Selanga (Aceh), Sandat (Sasak), Ngana-ngana (Nias); Lalangiran, amok, wungurer, pum-pum, luit (Minahasa);
11
Andrographis paniculata Ness.
Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda). bidara, sadilata, sambilata,; takila (Jawa). pepaitan (Sumatra).; Chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian (China), xuyen tam lien,; cong cong (Vietnam). kirata, mahatitka (India/Pakistan).; Creat, green chiretta, halviva, kariyat (Inggris).;
12
Clerodendron serrature [L.] Spr.
Singgugu (Sunda). srigunggu, sagunggu (Jawa).; Kertase, pinggir tosek (Madura). senggugu (Melayu).; Sinar baungkudu (Batak Toba), tinjau handak (Lampung),; San tai hong hua (China).;
13
Euphorbia hirta, Linn.
Fei Yang Cao (Cina), Amanpat chaiarisi (India),; Gelang susu (Malaysia), Patikan Kerbau (Indonesia); Nanangkaan (Sunda), Patikan Kebo, Patikan Jawa (Jawa); Kak sekaan (Madura), Sosononga, Lobi-lobi (Halmahera);
14
Gomphrena globose Linn.
Bunga kenop, kembang puter, ratnapakaja (Indonesia); Adas-adasan, gundul (Jawa), Taimantulu (Gorontalo).; Qian hong (China).;
15
Coleus amboinicus, Lour.
Jintan (Indonesia), Daun jinten (Jawa), Ajeran (Sunda); Majanereng (Madura), Iwak (Bali), Golong (Flores); Kuwuetu (Timor);
16
Lantana camara Linn.
Kembang satek, saliyara, saliyere, tahi ayam, tahi kotok,; cente (Sunda) kembang telek, obio, puyengan, tembelek,; tembelekan, teterapan (jawa), kamanco, mainco,; tamanjho (Madura), Bunga pagar, kayu singapur, lai ayam; (Sumatera); Wu se mei (China).;
17
Ganoderma lucidum (Leyss.ex Fr.) Karst.
Supa sinduk (Sunda).;
18
Meialeuca leucadendra L.
Gelam (Sunda, Jawa), ghelam (Madura), inggolom (Batak); Gelam, kayu gelang, kayu putih (Melayu), bru galang,; Waru gelang (Sulawesi), nggielak, ngelak (Roti), ; lren, sakelan (Piru), irano (Amahai), ai kelane (Hila),; irono (Haruku), ilano (Nusa Laut Saparuna), elan (Buru).; Bai qian ceng (China).;
19
lsotoma longiflora Presi.
Ki tolod, daun tolod (Sunda), Kendali, sangkobak (Jawa);
20
Pisonia alba Span.
Kol bandang (Sunda, Jawa), safe (Roti), hale (Flores),; motong (Solor), hali (Alor), sayor bulan (Timor), kendu (Irian); kayu wulan, kayu bulan, kayu burang, kayu bulang, buring,; kai lolohun, kayu kulo (sulawesi), suwe, sayor putih, talang; air puiro, ai puti, ail putiil, kau fulan uta ambulane, hate bula, hate bulan (Maluku);